08 October 2009

~ Crazy little thing called .. .. .. (part 3) ~

.. kembali lagi tentang kita!
tentang hal yang ternyata masih kembali dan melingkupi saat hadirmu nyata..
atau.. setidaknya begitulah dulu.
dan waktu berjalan .. ..
dan aku belajar..

maka kini ..
saat sekarang kau berani meminta rasaku hanya untukmu,
saat dengan cuekmu kamu minta aku tinggalkan semua yang telah coba kubangun tanpamu,
saat janjimu terdengar indah tentang "esok" untuk kita,
saat kau katakan jika kau banyak berjuang untuk dapat bersama ku ..
maafkanlah ..

Namamu telah lama kupindah ke folder yang berbeda..
Segala tentang kita hanya seperti yang terlihat kini ..
Lewatkan malam denganmu ditemani aroma kopi masih boleh kita lalui ..
Pun menghibur diri dengan pilihan" film ajaib kita ..
Aku pun masih ada saat kau butuh teman bercerita ..
Aku kan selalu ada mendengar cerita hatimu yang patah.. lagii ..

namin kini.. this crazy little thing sudah tidak bernama cinta.

Jakarta, 07.10.2009

08 July 2009

.. s.e.d.a.n.g ..

sudah masuk bulan ke empat dengan rasa tidak nyaman yang mengikuti ..
tau, harus segera memutuskan akan mengarah kemana, namun agaknya mulai menjadi pengecut aku sekarang ..
hari ini akan berangkat ke lapangan ampe senin, membawa galau yang besar ini di dalam dada - dalam gelembung-gelembung kelabu sel otak ku ..
minggu depan, semoga ada waktu sejenak untuk diri sendiri, untuk berfikir, agak bisa jelas semuanya ..

25 June 2009

~ Segelas kopi untuk Senja ~

Kadang aku seperti Iwan Fals yang cemburu pada Samudera,
karena dia mampu menampung segala,
saat aku luluh lantak di hari ketiga ku tanpamu ..

Senja dengan gerimis?
Senja dengan matahari berona jingga bulat sempurna,
Senja di puncak gunung??
Aku akan menjadi senjamu, namun hadirlah selalu dengan tatapanmu ..

Menjadi batu aku, diam, kaku, dan sendiri
Berharap dinginnya malam mampu bekukan rasaku,
dan jarak ini jadi hampa tak bermakna ..
tapi aku batu yang pecah .. ..

Menjadi udara,
agar dapat bergerak sekejab.
Menjengkali jarak aku dan dirimu,
sebentar saja sudah disisimu.
Tapi aku seperti terperangkap dalam balon udara,
Rinduku tetap terbakar ..

Aku mau kau cepat kembali, warnai hidupku ..
Seperti senja di Mandalawangi saat kabut mulai turun,
Itulah artimu buat hidupku.
Segelas kopi yang sempurnakan Senja ..


Jakarta, June 25th 2009
01.37 wib

22 June 2009

~ @ 4.41 ~

.. kadang kau ada begitu dekat,
teramat dekat hingga mengaburkan arti hadirmu ..

.. kadang kau tak ada disisiku,
hilang dipeluk sang malam, yang redam kau dalam peluknya ..

.. jika aku mencari arti diantara rangkaian senyumanmu,
kau bawa aku kesini kesana hingga aku tak tau kau berpijak dimana ..

.. aku memilih 3 langkah darimu untuk menjaga kesadaranku,
dan kau tarik aku mendekat lalu kita hanya diam mematung. bisu ..

.. kadang aku bertanya makna terselip diantara tindak lakumu,
lalu rasanya aku tersesat di belantara tak bertuan ..

.. saat inipun, dipagi 2 january yang basah ini,
tak ada mu mendera, kantuk tak mampu hadir ..

.. tanpamu, ternyata aku limbung ..

Kalibata Feb 2, 2009

18 February 2009

~ a.m.b.i.g.r.a.m ~

..ambigram..
17 february 2009,
di FB ada notification kalo aku di tag Jarody disalah satu gambar,
begitu dilihat gambarnya ternyata 2 ambigram ini.. ..
sempat terpana,
kaget,
senneng,
lalu lucu rasanya..
ah Ody,
makasih banget untuk 2 ambigram nama ini,
aku anggap ini jadi hadiah Valentine dari seorang sahabat..
.. mmm.. makasiy ..

27 January 2009

~ yang kamu tak akan pernah tau ~

kamu,
kamu tidak pernah tau,
Detakan jantungku selalu berpacu,
saat kau ada di dekatku..

kamu,
kamu tidak pernah tau,
senyuman dan semburat di wajahku yang kusembunyikan,
saat kau tersenyum padaku..

kamu,
kamu tidak pernah tau,
disini.. disatu hati milikku ini,
hanya ada kamu..

14 January 2009

~ MIMPI ~

~ bermimpilah, karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpi mu ~

ini adalah kutipan dari salah satu tetralogi Laskar Pelangi, dan saat pertama membaca kalimat ini rasanya benar-benar membangkitkan semangat untuk berani bermimpi. Bermimpi rasanya membuat hidup menjadi semakin indah dan yang lebih indahnya lagi adalah kita, sebagai manusia, diberi kesempatan untuk boleh bangun dan melakukan hal-hal untuk mewujudkan impian kita. Indah!

Beberapa impian yang sebelumnya rasanya terlalu besar kemudian terlihat lebih nyata, lebih dapat dirangkul, lebih dekat untuk diwujudkan, di jewantahkan menjadi benda atau tindakan yang nyata. Saat satu persatu "yang terlalu" itu dapat dipeluk, semakin yakin untuk kemudian mengejar yang lainnya, memeluk gunung-gunung harapan dan terbang ke langit yang tidak mungkin. Rasanya tidak ada yang terlalu besar untuk dirain, tidak ada yang terlalu jauh untuk didatangi, tidak ada yang terlalu tinggi untuk digapai, walau aku tetap tau bahwa diatas segalanya ada Dia, Sang Pencipta yang telah mengatur segalanya dalam hidup. Namun aku percaya untuk membawa impian-impian itu dalam doa, meminta bantuannya untuk membuat menjadi lebih mungkin untuk aku mewujudkan mimpi-mimpiku..

Namun november tahun lalu, dalam perjalanan pulang ke Jakarta dari Bandung, aku menghadapi percakapan yang kemudian mengingatkan dan menyadarkan aku akan sesuatu. Akan resiko dalam pencapaian akan satu mimpi yang menjadi kenyataan. Aku bercerita tentang hal yang agak kontroversial (walau mungkin kenyataannya "kontroversial" terlalu heboh untuk menggambarkan kasus itu), dan dia kemudian mengatakan satu hal yang membuat aku berfikir dan berfikir keras..

"Kamu yakin dengan apa yang kamu inginkan itu?" itu dia tanyakan sampai 2x, dan dengan anteng dan senyuman aku jawab "iya, aku mau begitu dan aku berdoa untuk itu". Lalu dia nanya lagi "Lalu Joan, kalau jawaban doamu itu adalah "iya", kamu yakin kamu akan dapat hidup damai dengan pilihanmu itu?, kamu yakin kamu udah siap menghadapi semua hal yang akan menentang kamu? kamu yakin kamu akan siap menghadapi semua tantangan yang datang ke kamu?". Aku lalu terdiam, hal itu telah terpikirkan memang, tapi kadang butuh pukulan agak keras untuk mengingatkan makna pertanyaan seperti itu.

Iya, jika kita berani meminta dalam doa kita untuk mimpi dan harapan kita, selalu akan kuatkah kita menghadapi perwujudan mimpi itu?

Aku jadi sadar bahwa kadang aku sangat egois dalam meminta, apakah benar semua mimpi itu akan berani aku hadapi? Apakah aku manusia yang cukup kuat untuk menjalani hari esok ku dengan perubahan besar akibat kenyataan yang hadir dari sebaris permohonan dalam doa?

Saat ini, aku jadi banyak berfikir..
Untuk lebih bijak dalam mengirimkan sebaris permohonan ke surga, ke pangkuan Sang Pencipta.
Jika jawabannya adalah "iya", akan mampukah aku menghadapinya?

Kalibata, 14 Januari 2009
02.55 wib