27 January 2009

~ yang kamu tak akan pernah tau ~

kamu,
kamu tidak pernah tau,
Detakan jantungku selalu berpacu,
saat kau ada di dekatku..

kamu,
kamu tidak pernah tau,
senyuman dan semburat di wajahku yang kusembunyikan,
saat kau tersenyum padaku..

kamu,
kamu tidak pernah tau,
disini.. disatu hati milikku ini,
hanya ada kamu..

14 January 2009

~ MIMPI ~

~ bermimpilah, karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpi mu ~

ini adalah kutipan dari salah satu tetralogi Laskar Pelangi, dan saat pertama membaca kalimat ini rasanya benar-benar membangkitkan semangat untuk berani bermimpi. Bermimpi rasanya membuat hidup menjadi semakin indah dan yang lebih indahnya lagi adalah kita, sebagai manusia, diberi kesempatan untuk boleh bangun dan melakukan hal-hal untuk mewujudkan impian kita. Indah!

Beberapa impian yang sebelumnya rasanya terlalu besar kemudian terlihat lebih nyata, lebih dapat dirangkul, lebih dekat untuk diwujudkan, di jewantahkan menjadi benda atau tindakan yang nyata. Saat satu persatu "yang terlalu" itu dapat dipeluk, semakin yakin untuk kemudian mengejar yang lainnya, memeluk gunung-gunung harapan dan terbang ke langit yang tidak mungkin. Rasanya tidak ada yang terlalu besar untuk dirain, tidak ada yang terlalu jauh untuk didatangi, tidak ada yang terlalu tinggi untuk digapai, walau aku tetap tau bahwa diatas segalanya ada Dia, Sang Pencipta yang telah mengatur segalanya dalam hidup. Namun aku percaya untuk membawa impian-impian itu dalam doa, meminta bantuannya untuk membuat menjadi lebih mungkin untuk aku mewujudkan mimpi-mimpiku..

Namun november tahun lalu, dalam perjalanan pulang ke Jakarta dari Bandung, aku menghadapi percakapan yang kemudian mengingatkan dan menyadarkan aku akan sesuatu. Akan resiko dalam pencapaian akan satu mimpi yang menjadi kenyataan. Aku bercerita tentang hal yang agak kontroversial (walau mungkin kenyataannya "kontroversial" terlalu heboh untuk menggambarkan kasus itu), dan dia kemudian mengatakan satu hal yang membuat aku berfikir dan berfikir keras..

"Kamu yakin dengan apa yang kamu inginkan itu?" itu dia tanyakan sampai 2x, dan dengan anteng dan senyuman aku jawab "iya, aku mau begitu dan aku berdoa untuk itu". Lalu dia nanya lagi "Lalu Joan, kalau jawaban doamu itu adalah "iya", kamu yakin kamu akan dapat hidup damai dengan pilihanmu itu?, kamu yakin kamu udah siap menghadapi semua hal yang akan menentang kamu? kamu yakin kamu akan siap menghadapi semua tantangan yang datang ke kamu?". Aku lalu terdiam, hal itu telah terpikirkan memang, tapi kadang butuh pukulan agak keras untuk mengingatkan makna pertanyaan seperti itu.

Iya, jika kita berani meminta dalam doa kita untuk mimpi dan harapan kita, selalu akan kuatkah kita menghadapi perwujudan mimpi itu?

Aku jadi sadar bahwa kadang aku sangat egois dalam meminta, apakah benar semua mimpi itu akan berani aku hadapi? Apakah aku manusia yang cukup kuat untuk menjalani hari esok ku dengan perubahan besar akibat kenyataan yang hadir dari sebaris permohonan dalam doa?

Saat ini, aku jadi banyak berfikir..
Untuk lebih bijak dalam mengirimkan sebaris permohonan ke surga, ke pangkuan Sang Pencipta.
Jika jawabannya adalah "iya", akan mampukah aku menghadapinya?

Kalibata, 14 Januari 2009
02.55 wib